Hutan-hutan karet bersujud
Angin-angin bertasbih
Fajar menyingsing mengucap salam
Putra Adam lahir
Bumi bergetar mendengar tangisnya
Hutan-hutan karet bernyanyi
Angin-angin menari
Matahari telah terbit
Tanah merah merekah
Sungai-sungai mengering
Kemarau telah tiba
Wabah penyakit
Kelaparan
Merenda kemiskinan
Buruh-buruh perkebunan tertindas
Upah yang mencekik leher
Orang-orang antre sembako
Putra Adam cacingan
Badannya kurus
Perutnya buncit
Kakinya korengan
Sejarah mulai tertulis
Putra Adam belajar membaca
Di sekolah desa yang kekurangan guru dan buku
Belajar mengenal bendera
Merah tanda berani
Putih pertanda suci
Indonesia Raya
Putra Adam mengenal bangsanya
Negeri yang subur
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Putra Adam melihat ketimpangan
Hutan-hutan karet mengering
Angin-angin berdebu
Kegelisahan yang panjang
Pelan-pelan terekam dalam benaknya
Mulai bertanya-tanya
Tentang arti kemiskinan
Bertanya-tanya
Tentang arti kesenjangan
Bertanya-tanya
Tentang arti buruh tertindas
Dan majikan yang menindas
Sejarah mulai tertulis tegas
Menemukan arti upah yang kecil
Dan buruh-buruh perkebunan yang hidupnya terjepit beban
Perlawanan mulai berkibar
Dalam hatinya yang gelisah dan gusar
Hanya lewat puisi ia tuliskan semuanya
Di antara kembang-kembang asmara
Yang mulai tumbuh di hatinya
Pemberontakan dilakukan
Putra Adam melihat ketidak-adilan
Di sekolahnya, di rumahnya, di desanya
Ia belum bisa berbuat apa-apa
Kecuali bersembunyi di balik kegalauan hatinya sendiri
Sambil belajar berorganisasi....
Asahan - Jogja, 1998